Minggu, 12 Mei 2013

ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA OBSTIPASI DAN KONSTIPASI



BY: Lili windari


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Defekasi(eleminasi fecal) adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
 Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur.
Salah satu gangguan eleminasi fecal adalah Obstipasi dan konstipasi, sehingga sebagai bidan harus mengetahui apa itu obstipasi dan konstipasi, juga bagaimana mengatasinya.
B.       Tujuan
1.    Agar mengetahui dan memahami tentang obstipasi
2.    Agar mengetahui dan memahami tentang konstipasi

 

BAB II
TEORI
A.      OBSTIPASI
1.         Definisi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan .Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
2.          Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam :
a.       Obstipasi  Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b.      Obstipasi  Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
3.         Etiologi
a.         Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat kelaparan, dehidrasi, makanan kurang mengandung selulosa.
b.        Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.
 
a.         Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
b.        penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
c.         Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
1.         Tanda dan gejala
Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
a.       Sakit dan kejang pada perut.
b.      Bayi sering menangis.
c.       Susah tidur dan gelisah
d.      Kadang-kadang muntah.
e.       Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
f.       Bayi susah/tidak mau menyusui.
g.      Bising usus yang janggal.
h.      merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
i.        feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rektum
j.        terdapat luka pada anus
2.         Patofisiologi dan patogenesis
Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.

Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut :
a.       Asupan cairan yang adekuat.
b.      Kegiatan fisik dan mental.
c.       Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi.
Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.
3.         Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :
a.              Perdarahan
b.             Ulserasi
c.              Obstruksi parsial
d.             Diare intermiten
e.              Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses defekasi.
 
3.      Menegakan Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
a.         Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
b.        Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
c.         Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
1)      Pemeriksaan Hb
2)      Pemeriksaan Urine
3)      Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
d.        Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
e.          Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi
2.         Penatalaksanaan Obstipasi
a.         Penatalaksanan yang dilakukan adalah
1)        Mencari penyebab obstipasi
2)        Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
3)        Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan
4)        Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5)        Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6)        Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.
7)        Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
8)        Peningkatan intake cairan
9)        Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
10)    Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol  pagi dan malam hari

1)        Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan
2)        Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.
3)        Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.
a.         Perawatan medis
Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.
b.        Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usu, karena terdapat peningkanan tekanan feses yang besar.

A.      KONSTIPASI
1.         Definisi
Konstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air besar  mungkin disertai rasa sakit dan  menjadi lebih jarang dari biasa. Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui ASI mungkin men galami BAB setiap selesai disusui  atau hanya sekali dalam 7-10 hari.   Bayi  yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari.
Frekuensi BAB yang lebih  jarang atau konsistensi feses yang sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi. Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB atau konsistensi feses me nyebabkan masalah  pada anak. Umumnya dengan nutrisi yang baik, perbaikan kebiasaan  BAB, dan  pengunaan obat yang sesuai jika diperlukan, masalah ini dapat ditangani.
Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, dimana terdapat kesukaran mengeluarkan faeces (defekasi). Namun obstipasi di bedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
2.         Gejala dan tanda
Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut :
a.         Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
b.        Turun atau hilangnya napsu makan
c.         Rewel
d.        Mual atau muntah
e.         Turunya berat badan
f.         Noda feses dicelana dalam anak
g.        Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan  kecil  pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan
h.        Konstipasi meningkatkan risiko infeksi  saluran kemih
3.         Penyebab  Obstipasi/konstipasi
a.         Kecenderun gan alami gerakan usus yang lebih  lambat
b.        Nutrisi yang buruk
c.         Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi
d.        Kebiasaan BAB yang tidak baik
e.         Kurangnya asupan cairan
f.         Kurangnya aktivitas fisik
g.        Adanya kondisi anus yan g menyebabkan nyeri
h.        Tiolet  training yang dipaksakan
i.          Kadang konstipasi  dapat terjadi karena penganiayaan seksual  (sexual  abuse) 

4.         Penanganan
Pada bayi di  bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan  lebih cermat, terutama apabila konstipasi disertai gejala lain seprti : Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang disertai darah, muntah kehijauan, atau terabanya benjolan diperut. Perlu dilakukan  rujukan, karena kemungkinan bayi  mengalami megacolon konginetal, perut yang kembung, karena lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung bagian bawah, diare, pneumonia  berulang ; selalu tampak lelah, tidak tahan  cuaca dingin, denyut nadi  yang lambat banyak BAK, banyak minum ; anus yan g  tidak tampak normal baik bentuk maupun  posisinya, lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas  satu tahun adalah konstipasi  fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya)
Penanganan  pada kasus diare, kebiasaan BAB yang baik:  anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan BAB yang baik, salah satu caranya adalah dengan membiasakan  duduk di toilet  secara teratur  sekitar lima menit  stelah sarapan, bahkan jika anak tidak merasa ingin BAB, anak  harus  duduk selama lima menit, bahkan jika anak telah menyelesaikan BAB  sebelum lima menit tersebut habis.
Anak juga harus belajar untuk  tidak menahan keinginan  menggunakan                                  toilet di sekolah. Jika orang tua mencuriga adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah
Makanan tinggi serat : serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak   jumlah serat dalam makanan anak dapat mencegah konstipasi.
Beberapa cara untuk memenuhi ke butuhan serat anak adalah :
a.   Berikan minimal 2   sajian buah  setiap hari. Buah yang  dimakan beserta kulitya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kendungan serat.
b.       Berikan minimal 3 sajian  sayuran setiap  hari
c.        Berikan sereal yang tinggi serat seperti  bran, wheat. Whole grain, dan oatmeal. Hindari sereal   seperti corn flakes.
d.        Berikan roti ga ndum (wheat)  sebagai ganti roti putih
e.     Banyak minum dapat mencegah  ko nstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di anatar waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak susu sapi atau  produk susu lainya (keju, yogurt)  justru dapat me ngakibatkan konstipasi pada sebagian anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar