MATERI
RADANG
GENETALIA INTERNA
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritoneum
melalui vulva, vagina, uterus dan tuba falopii. Untuk mencegah terjadinya
infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing-masing
alat traktus genetalis memiliki mekanisme pertahanan (Sarwono,1999).
Vulva umumnya lebih resisten terhadap infeksi, sehingga luka-luka ringan
lekas sembuh, kecuali jika kemasukan kuman-kuman yang benar-benar patogen.
Penutupan vulva oleh labia mayora dan labia minora sedikit banyak memberi
perlindungan terhadap infeksi (Sarwono,1999).
Pada vagina wanita dewasa adanya epitel yang cukup tebal dan glikogen serta
basil Doderlein yang memungkinkan
pembuatan asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina,
memperkuat daya tahan vagina. Dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan
tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein
lebih dominan. Pada masa kanak-kanak dan dalam masa sesudah menopause
epitel lebih tipis dan glikogen serta basil Doderlein
berkurang, dan ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya infeksi (
Sarwono,1999).
Pada serviks uteri kelenjar-kelenjar mengeluarkan lendir yang alkalis serta
mengental di bagian bawah kanalis servikalis, dan ini menyukarkan masuknya
kuman ke atas. Jika terdapat infeksi di endometrium, maka terlepasnya dan
dikeluarkannya sebagian besar endometrium pada waktu haid, menyukarkan radang
untuk terus bertahan ( Sarwono,1999).
Getaran rambut getar pada mukosa tuba falopii menyebabkan jalannya arus ke
arah uterus, dan ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba yang merupakan
halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritoneum (Sarwono, 1999).
Sekalipun pertahanan
yang dilakukan berlapis, tetapi
infeksi dapat terjadi bila daya tahan tubuh mengalami kemunduran atau kemampuan
infeksi yang terlalu tinggi. Masuknya infeksi dapat terjadi melalui :
1. Perlukaan
menjadi pintu
masuk menuju alat genetalia luar maupun bagian tengah dan bagian atas.
2. Terjadi
pada waktu persalinan atau tindakan medis yang menimbulkan perlukaan.
3. Terjadi
karena hubungan seks yang menimbulkan berbagai penyakit hubungan seksual.
Untuk pengetahuan
bidan, tidak semua penyakit infeksi genetalia wanita perlu diketahui, tetapi
hanya sebagian yang banyak dijumpai seperti vulvitis, vaginitis, servisitis,
endometritis, dan penyakit radang panggul (Manuaba, 1998).
Gambar : 1 Saluran Reproduksi
Wanita
A.
ADNEKSITIS
Adnexitis adalah suatu radang pada
tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi
ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari
jaringan sekitarnya.
Klasifikasi
Adnexitis :
1. Adnexitis
akut
Radang tuba fallopi dan radang ovarium
biasanya terjadi bersamaan oleh karena itu tepatlah diberi nama salpingoovotis
atau adnexitis.
a. Etiologi
Adnexitis
paling sering disebabkan oleh Gonococus, di samping itu oleh staphylococcus,
streptococcus, bacteri TBC
(FK UNPAD, 2000).
b. Infeksi
1) Naik
dari cavum uteri (asenden)
2) Menjalar
dari alat yang berdekatan seperti dari appendik yang meradang (desenden)
3) Haematogen
terutama salpingitis tuberculosa biasanya bilateral (bilateral)
(FK UNPAD, 2000)
c. Gejala
– gejala
1) Demam
tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras.
2) Nyeri
kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
3) Mual
dan muntah jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsangan peritoneum.
4) Kadang – kadang ada tanesmi adanum karena
proses dekat pada rectum atau stigmoid.
5) Taucher
a) Nyeri
tekan portio digoyangkan
b) Nyeri
kiri dan kanan dari uterus
c) Kadang
– kadang ada penebalan dari tuba
d) Tuba
yang sehat tidak dapat di raba
e) Menorrhargi
dan dysmenorhoe : sekunder bisanya terjadi oophoritis, salpingoopporitis lebih
sering disebut adnexitis
f) Adanya
‘’adnex tumo’’ karena terjadi perlekatan dengan anus
(FK UNPAD, 2000)
d. Diferensial
Diagnose
1) KET
biasanya tidak disertai demam, jika tes kehaminan positif
2) Appendiksitis
: tempat nyeri lebih tinggi
(Robin dkk, 1999)
e. Terapi
1) Istirahat,
broad spectrum antibiotika dan corticosteroid
2) Usus
harus kosong (cairan parenteral)
3) Jangan
coitus untuk sementara
4) Berobat
jalan apabila pasien tidak rawat inap, dianjurkan diberi salah satu dari regimen
kombinasi berikut :
a) Amoksilin 3 gram per oral
b) Ampicillin 3 gram per oral
c) Ampicillin 3,5 gram per oral
d) Prokain penicillin G dalam aqua : 4,8 juta
unit pada dua tempat masing – masing disertai dengan pembelian probenesid 1
gram per os diikuti dengan Dokisiklin 100 mg per os 2 x 1 sehari selama 10 – 14
hari.
e) Tetrasiklin 500 mg per os, 4 kali sehari
selama sepuluh hari dapat juga dipakai walaupun hormone kurang aktif dalam
melawan organism an aerob tertentu, (Dodsisiklin dan Tetrasiklin tidak
digunakan selama kehamilan).
(FK UNPAD, 2000)
2. Adnekcitis kronik
Adnexitis kronis sebagai lanjutan dari
adnexitis akut, sejak permulaan sakit sifatnya kronis seperti adnexitis
tuberkolosis.
a.
Gejala – gejala
1) Anamnesis
telah menderita adnexitis akut.
2) Nyeri
di perut bagian bawah : nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang –
kadang nyeri di pinggang atau waktu BAB.
3) Dysmenorhoe
4) Menorrargia
5) Infertilitas
b.
Diagnosa
Dengan
toucher dapat teraba adnex tumor. Adnek tumor ini dapat berupa pyosalping atau
hydro salping. Karena perisalping dapat terjadi perlekatan dengan alat – alat
sekitarnya. LED meninggi dan biasanya ada leukosit dan lymphocylosis. Salah
satu bentuk yang khas ialah yang disebut salpingitios. Nampak pada pars isthica
berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma. adenxit is pada seorang irgo
harus menimbulkan kecurigaan
c.
Diferensial diagnose Adnexitis
Kalau
adnek tumor bilateral maka diagnose boleh dikatakan pasti. Adnek tumor yang
unilateral harus dibedakan dari :
1) Appendicitis
chronic
2) Kehamilan
ektopik terpadu (Abortus tubair)
d. Terapi
1)
Antibiotika dan istirahat
2)
Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif
(FK UNPAD, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar