Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang mungkin
disebabkan oleh factor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi
tidak menunjukan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Yang paling banyak
dijumpai adalah hipertensi esensial jinak dengan tekanan darah sekitar 140/90
sampai 160/100. hipertensi jarang berubaah menjadi ganas secara mendadak sehingga mencapai sistolik 200 mmHg atau
lebih. Gejala-gejala seperti kelaianan jantung, arteriosclerosis, perdarahan
otak, dan penyakit baru timbul setelah dalam waktu lama dan penyakit terus
berlanjut.
- kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm
- pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% dari wanita hamil akan menunjukan kenaikan tekanan darahnya namun tanpa gejala.
- Kira-kira 20% daru wanita hamil akan menunjukan kenaikan tekanan darah yang mencolok, bisa disertai proteiunaria dan edema (pre-eklamsi penglihatidak murni ) dengan keluhan : sakit kepala, nyeri epigastrium, mual, muntah, dan gangguan penglihatan (visus).
Hipertensi esensial dijumpai pada 1-3% dari seluruh kehamilan. Hipetensi ini lebih sering djumpai pada multipara berusia lanjut dan
kira-kira 20% dari kasus toksemia gravidarum.
Penaganan
- dalam kehamilan :
o
dianjurkan menaati pemeriksaan
antenatal yang teratur dan, jika perlu, dkonsultasikan pada ahli.
o
Dianjurkan
cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja terlalu berat.
o
Penambahaan
berat badan yang agresif harus dicegah. Diajnjurkan untuk diet tinggi protein,
rendah hidrat arang rendah kemak dan rendah garam.
o
Pengawasan terhadap janin harus
lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor
janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG),
penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin dan sebagainya.
Pemberian obat-obatan :
- anti-hipertensi : serpasil katapres, minipres, dan sebagainya.
- Obat penenang : fenobarbital, valium frisium ativan dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang
sudah cukup bulan harus diperkirakan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas
(tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat), apalagi bila janin telah
meninggal dalam kandungan. Pengakhiran kahamilan ini sebaaiknya dirundingkan
antar disiplin ; dengan ahli penyakit dalaam: apakah memang ada ancaman
terhadap jiwa wanita ini.
- dalam persalinan
- kala 1 akan berlangsung tanpa gangguan
- kala II memerlukan pengawasan yang cermat dan teliti. Bila ada tanda-tanda penyakit bertambah berat dan pembukaan hamper atau sudah lengkap, ibu dilarang mengedan, kala II diperpendek dengan melakukan ekstraksi vakum atau forseps.
- Pada primitua dengan anak hidup dilakukan secara seksio sesaria primer.
Prognosis
- prognosis untuk ibu kurang baik. Angka kematian ibu kira-kira 1-2% biasa disebabkan oleh perdarahan otak, payah jantung, dan uremia
- prognosis bagi janin juga kurang baik, karena adanya insufiensi plasenta, solosio plasenta. Janin bertumbuh kurang sempurna : prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian bayi 20%
Nasihat
- dianjurkan untuk memakai kontrasepsi, bila jumlah anak belum cukup, selama beberapa tahun.
- bila jumlah aanak sudah cukup, dianjurkan untuk segera melakukan tubektomi.
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
ESENSIAL
Telah dibuktikan oleh para
peneliti, bahwa dengan mengendalikan tekanan darah maka angka morbiditas dan
angka mortalitas dapat diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang dokter
belum menemukan etiologi dari hipertensi yang didapat pada penderita,
pengobatan sudah boleh dilaksanakan.
Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk memulai pengobatan. Hal ini penting karena pada kenyataannya, pengobatan hipertensi adalah pengobatan seumur hidup.
Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk memulai pengobatan. Hal ini penting karena pada kenyataannya, pengobatan hipertensi adalah pengobatan seumur hidup.
PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Menurunkan tekanan darah sampai normal,
atau sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita.
2.
Meningkatkan kemungkinan
kwalitas dan harapan hidup penderita.
3.
Mencegah komplikasi yang
mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang sudah
terjadi.
A. PENATALAKSANAAN UMUM
Adalah usaha untuk mengurangi faktor
resiko terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah
penatalakasanaan tanpa obat-obatan, yang menurut beberapa ahli sama pentingnya
dengan penatalaksanaan farmakologik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan,
terutama pada pengobatan hipertensi ringan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan
adalah :
1. Diet rendah garam : dengan mengurangi
konsumsi garam dari 10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan
tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko
hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan diuretik.
2. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa
menurunkan tekanan darah.
3. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi
alkohol telah dibuktikan dalam banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.
4. Menurunkan berat badan : setiap penurunan
1 kg berat badan akan menurunkan tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.
5. Olah raga teratur : berguna untuk membakar
timbunan lemak dan menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan
menimbulkan perasaan santai, yang kesemuanya berakibat kepada penurunan tekanan
darah.
6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup
istirahat sangat berguna untuk mengurangi atau menghilangkan stres, yang pada
gilirannya bisa menurunkan tekanan darah.
7. Walaupun masih banyak diteliti konsumsi
seledri, pace, ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak
membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah.
B.
MEDIKAMENTOSA
OBAT HIPERTENSI YANG TERSEDIA DI PUSKESMAS
Penatalakasanaan
hipertensi dengan obat-obatan di Puskesmas disesuaikan dengan ketersediaan obat
yang ada di Puskesmas pula, yaitu :
1. Golongan Diuretik
a. Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)
– Indikasi : hipertensi ringan
sampai sedang.
– Dosis : 1-2 X 25-50 mg.
– Efek samping : hipokalemi,
hiponatremi, hiperurikalemi, hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau
kram otot, muntah dan disines.
– Kontra indikasi : DM, Gout
Artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven Johnson).
– Catatan :
• terapi hipertensi pada usia lanjut
dengan HCT lebih banyak efek sampingnya dari pada efektifitasnya.
• Untuk menghindari efek hipokalemi
maka diberikan asupan Kalium 1 X 500 mg, atau memperbanyak makan pisang.
b. Furosemid 40 mg
– Indikasi
: hipertensi ringan sampai berat.
– Dosis :
1-2 X 40-80 mg.
– Efek
samping : sama dengan HCT.
– Kontra
indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven Johnson).
2. Golongan Inhibitor Simpatik
(Beta Blocker)
Propranolol
40 mgØ
– Indikasi : hipertensi ringan
sampai sedang.
– Dosis : 3 X 40-160 mg.
– Efek samping : depresi, insomnia,
mimpi buruk, pusing, mual, diare, obstipasi, bronkospasme, kram otot dan
bradikardi serta gagal jantung.
– Kontra indikasi : DM, gagal
jantung, asma, depresi.
3. Golongan Blok Ganglion
a. Klonidin 0,15 mg
– Indikasi : hipertensi sedang
sampai berat.
– Dosis : 2-3 X 0,15-1,2 mg
– Efek samping : mulut kering,
kelelahan, mengantuk, bradikardi, impotensi, gangguan hati dan depresi.
– Kontra indikasi : hepatitis akut,
sirosis hepatis, depresi.
b. Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg.
– Indikasi : hipertensi sedang
sampai berat.
– Dosis : 1-2 X 0,1-0,25 mg
– Efek samping : bradikardi,
eksaserbasi asma, diare, penambahan berat badan mimpi buruk, depresi.
– Kontra indikasi : asma, depresi.
4. Golongan Penghambat Enzim
Konversi Angiotensin (ACE I)
Kaptopril
25 mgØ
– Indikasi : hipertensi ringan
sampai berat
– Dosis : dosis awal 2-3 X 12,5-25
mg, bila setelah 1-2 minggu belum ada respon dosis dinaikkan 2-3 X 50 mg.
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.
– Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan,
proteinuri, gagal ginjal, neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah,
gangguan pengecap, parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.
– Kontra indikasi : asma
5. Golongan Antagonis Kalsium
a. Diltiazem 30 mg
– Indikasi : hipertensi ringan
sampai sedang.
– Dosis : 3-4 X 30 mg.
– Efek samping : Bradikardi,
dizziness, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, udem ekstremitas
bawah, shoulder and elbow pain.
– Kontra indikasi : Sick sinus
Syndrome, AV Block.
b. Nifedipin 10 mg
– Indikasi : hipertensi ringan
sampai berat.
– Dosis : 3 X 10-20 mg
– Efek samping : sama dengan
diltiasem.
– Kontra indikasi : sama dengan
diltiasem.
SENI TERAPI
1. Hipertensi Ringan (diastol 90 -
110 mmHg)
– Pilihan obat pertama : diuretik
atau beta blocker
– Obat tambahan : Diuretik + Beta
blocker
2. Hipertensi sedang (diastol :
110-130 mmHg)
– Pilihan obat pertama : Diuretik +
Beta blocker
– Obat tambahan : Klonidin
3. Hipertensi Berat (diastol >
130 mmHg)
– Pilihan obat pertama : Klonidin +
Diuretik.
– Obat tambahan : Beta Blocker
TAPERING
OFF DAN DOSIS PEMELIHARAAN
Adalah penghentian terapi
hipertensi dengan mengurangi dosis secara perlahan. Hal ini ditujukan untuk
menghindari efek “rebound fenomena”, yaitu peningkatan kembali tekanan darah
setelah penghentian terapi obat-obatan secara mendadak.
Penurunan dosis disesuaikan dengan penurunan
tekanan darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar